Senin, 10 Maret 2014

WAITING FOR YOU! (CERPEN)

Oleh Laely Azizah pada 25 Januari 2014 pukul 10:55
.


Chindai POV
Oh My God!! Kenapa kantin harus selalu penuh seperti ini, apakah mereka tidak tau jika aku sangat haus, dan aku hanya berdiri sendiri di sini, aku seperti orang yang tak tau arah pulang. Marsha, yang selalu bersama ku entah di mana dia berada sekarang, mungkin kah dia sedang bersama Rafli, kekasihnya? Isshhh... awas kau Rafli, aku kutuk kau!

Drrttt... Drrtt..
Ada pesan masuk di ponselku, ponselku bergetar hebat. Dengan malas, aku mengambilnya dari saku bajuku

From: Marsha
Chindai, apa kau tidak lihat siapa yang ada di sampingmu?

Apa? Sebelahku? Aku menolehkan pandanganku ke sebelah kanan ku, dan benar saja. Bagas Rahman Dwi Saputra, laki-laki paling tampan di muka bumi ini.

Drrtt.. Drrtt...
“Ya?” aku mengangkat telfon dari Marsha
“Hei! Chindai, dekati Bagas, cepat!” Perintah Marsha dari ujung sana
“Apa? Kau gila!” Jawabku setengah berteriak
Tuutt.. Tuutt.. Tuutt..

“Dasar! Marsha, awas saja nanti jika bertemu. Aku akan...” Ucapku terhenti
“Halo Chindai.” Sapa Bagas
“Halo Bagas, kenapa?” Jawabku kaget
“Kau tidak membeli makanan? Dari tadi kau hanya berdiri di sini.” Tanya Bagas
“Oh, itu.. see? Kantin nya sangat ramai, aku malas berdesak-desakkan, nanti saja, jika sudah lenggang.” Jawabku tersenyum
“Kau ingin apa?” Tanya Bagas
“Aku hanya ingin minum soda.” Jawabku
“Oh, oke.” Bagas langsung meIyarobos krumunan orang-orang yang sedang membeli, tak lama kemudian dia datang membawa 2 kaleng soda
“Untukmu.” Ucap Bagas sambil menyodorkan minuman soda
“Terima kasih Bagas.” Ucapku sambil menerima minuman soda dari Bagas
“Ah, kau tidak minum?” Tanyaku, saat Bagas hanya diam tanpa membuka kaleng minuman sodanya
“Ah ini, ini untuk Chelsea, dia minta dibelikan minuman soda.” Jawab Bagas tanpa berdosa. Seketika aku seperti dibanting ke dalam tanah, dan diinjak-injak. Sakit.
“Oh, begitu.” Jawabku lesu
“Kalau begitu, aku duluan ya. Chelsea pasti sudah menungguku.” Pamit Bagas tersenyum, lalu pergi
“Iya.. Iya..” Aku hanya mengangguk
“Hei! Gloria Chindai Lagio!” Teriak Marsha
“Apa yang kau bicarakan dengannya? Dia membelikanmu soda?” Tanya Marsha
“Waaa... baik sekali dia.” Puji Marsha
“Bagas sudah memiliki kekasih?” Tanyaku
“Apa? Tidak! Tidak mungkin!” Jawab Marsha
“Aku bertanya!”
“Hehehe.. tidak, Bagas tidak memiliki kekasih.” Ucap Marsha
“Chelsea?” Tanyaku
“Chelsea? Dia hanya sahabat Bagas, percayalah! Bagas dan Chelsea tidak memiliki hubungan spesial, mereka hanya bersahabat.” Ucap Marsha menyemangatiku
“Semangat Gloria Chindai Lagio!”Ucap Marsha tersenyum

SKIP

Aku sedang membaca buku di kelas, dan konsentrasiku buyar ketika Marsha datang dengan suaranya yang menggelegar.

“HEI! Gloria Chindai Lagio, apa kau sudah liat pengumuman nilai ujian semester tahun ini? Selamat..” Ucap Marsha
“Sudah dipasang?” Tanyaku
“Iya, baru saja. Bu Winda baru saja memasangnya.” Jawab Marsha
“Baiklah, aku akan melihatnya dulu.” Ucapku lalu pergi

Papan Pengumuman

Papan pengumuman sudah sangat penuh, karena siswa-siswi ingin melihat hasil ujian mereka. Aku menerobos masuk gerombolan siswa-siswi tadi, dan aku mencari namaku.
“Gloria Chindai Lagio... Gloria Chindai Lagio... Gloria Chindai Lagio...” gumamku, mencari namaku dalam deretan kertas
“Wuhuuuu!!!” aku melihat namaku tercantum di kertas pertama dan mendapat peringkat 2, walaupun sejak kelas 10 aku selalu mendapat peringkat kedua, paling tidak, prestasiku tidak menurun.
Aku keluar dari gerombolan tadi, dan tersenyum senang. Aku melihat Bagas, dengan tampang murungnya. Aku mendekatinya dengan malu
“Bagas? Ada apa?” Ucapku
“Chindai?” Jawab Bagas kaget
“Kenapa? Kenapa wajahmu sangat murung?” Tanyaku sambil duduk di sampingnya
“Aku hanya mendapat peringkat 50 dari 60 siswa, betapa bodohnya aku!” Ucap Bagas sambil memukul jidatnya
“Bagas, jangan berkata seperti itu. Kau harus lebih rajin belajar. Kau tidak bodoh, kau hanya kurang berusaha.” Ucapku tersenyum menyemangati Bagas
“Terima kasih Chindai.” Jawab Bagas tersenyum
“Iya.”
“Chindai? Kau mendapat peringkat 2 bukan? Selamat.. Selamat.. kau sangat hebat!” Puji Bagas
“Kau melebih-lebihkannya. Aku sejak kelas 1 SMA, sampai sekarang tidak pernah mendapat peringkat 1. Aku tidak pernah bisa mengalahkan Angel.” Ucapku lesu
“Chindai, jangan bersedih! Peringkat 2 itu hebat, great! Bahkan aku saja tidak bisa mendapat peringkat 2 selama ini. Kau hebat Chindai!” Puji Bagas lagi sambil menepuk-nepuk tangannya
“Bagas!” Aku berteriak
“Selamat Chindai..”

SKIP

Liburan akhir semester 1, ini dia yang ditunggu-tunggu selama ini oleh kami, para murid! Sekolah akan mengadakan liburan ke pantai kali ini. Karna kami tinggal di asrama, ada yang ikut berlibur dan ada yang pulang ke rumahnya masing-masing.
Karena rumahku di Manado, tentu saja aku ikut berlibur ke pantai, bersama teman-temanku semua. Dan aku harap, Bagas ikut pergi berlibur ke pantai.
Sore itu, sehari sebelum berangkat ke pantai, aku berjalan-jalan sore sendirian, dan tak sengaja aku melihat Bagas sedang duduk sendirian di taman. Aku menghampirinya ragu-ragu

“Hai Chindai!” Bagas menyapaku terlebih dahulu
“Bagas? Hallo.” Jawabku kaget
“Sedang apa kau di sini?” Tanya Bagas
“Aku? Kau juga sedang apa berada di sini?” Tanyaku kembali
“Jawab pertanyaan ku dahulu.” Bagas kesal
“Ishh.. aku hanya sedang berjalan-jalan dan tak sengaja melihatmu. Kau?” Tanyaku
“Aku sedang duduk.” Jawab Bagas cuek
“Ck.. seorang bayi pun tau jika kau sedang duduk.” Jawabku sambil menyilangkan kedua lenganku
“Hehe, aku sedang menunggu Chelsea.” Jawab Bagas tersenyum
“Dia hari ini.....”
“Oh, iya, Bagas.. apa kau ikut ke pantai untuk liburan musim panas ini?” Tanyaku memotong ucapan Bagas, aku tidak ingin mendengar apa-apa darinya tentang Chelsea.
“Tidak tau.” Jawab Bagas bingung
“Kenapa?” Tanyaku kecewa
“Kau ingin aku ikut?” Goda Bagas
“Apa?!” Aku melotot
“Bagas! Kau! Kenapa kau berkata seperti itu?” Tanyaku untuk menutupi salah tingkah ku
“Kenapa? Tidak boleh?” Tanya Bagas
“Tidak.. aku hanya berpikir, jika semakin banyak yang ikut ke pantai, pasti semakin seru acara kita di pantai ini.” Jawabku
“Iya, baiklah. Aku ikut.” Bagas mengangguk
“Kau ikut?” Tanyaku kaget
“Iya, apa kau tidak dengar? Bagas Rahman Dwi Saputra akan ikut.” Jawab Bagas
“Baiklah.”
“Chindai, kau ikut kan?” Tanya Bagas
“Tidak, aku tidak ikut, aku akan pulang ke Manado.” Jawabku sambil menggoda Bagas
“Apa?!” Kini giliran Bagas yang melotot
“Hei! Kau memaksa ku...” Bagas kesal
“Hahahaha... aku pasti akan ikut Bagas Rahman Dwi Saputra. Kenapa? Kau menginginkanku ikut?” Godaku tertawa puas
“Hei! Gloria Chindai Lagio! Itu kata-kata ku.” Ucap Bagas kesal
“Hahahaha...” aku hanya bisa tertawa
“Bagas!” Teriak Chelsea
“Halo Chindai, kau di sini?” Sapa Chelsea
“Iya.” Jawabku mengangguk
“Bagas, aku senang sekali.” Ucap Chelsea sambil meloncat-loncat (?)
“Kenapa?” Bagas bingung
“Chelsea.. Bagas.. lebih baik aku pergi dulu ya.” Ucapku
“Kenapa? Kau tidak ingin mendengar berita bahagia dari ku?” Tanya Chelsea kecewa
“Tidak, bukan begitu Chelsea. Aku harus menyiapkan perlengkapan ku ke pantai besok.” Ucapku tersenyum. Sebenarnya, aku tidak ingin ada di antara mereka berdua, hanya membuatku cemburu jika aku di sana
“Baiklah.” Jawab Chelsea
“Bye Chindai.” Ucap Bagas
“Bye.”

---
SKIP

“Ya Ampun! Chindai, aku sangat lelah. Cepat, kita cari kamar milik kita.” Ucap Marsha turun dari bus bersamaku
“Kau duluan saja. Aku ingin berkeliling.” Jawabku tersenyum
“Baiklah. Kopermu aku bawakan ya.” Ucap Marsha mengambil koperku
“Terima kasih, Marsha.” Aku tersenyum
“Ok. Sampai bertemu di kamar.” Ucap Marsha kemudian pergi

Aku berkeliling memutari penginapan, dan berjalan ke pantai. Aku menghela napas, pasti rasanya akan sangat senang, jika aku dapat berjalan berdua bersama Bagas di sini. Tempat ini sangat romantis. Tapi, tetaplah, itu hanya mimpi.
“CHIINNDDDAAAIIIII!!!!!!!” terdengar teriakan yang sangat keras, aku menoleh ke belakang, dan ternyata Bagas, dia sedang menaiki ATV
“Bagas?” Ucapku kaget
“Cepat. Aku sedang balapan dengan Josia, cepat, cepat naik.” Ajak Bagas
“Ha?” Tanyaku kaget
“Cepat!” Ajak Bagas, menarik tanganku
“Iya..” aku sedikit berteriak, dan naik ATV
“Pegangan yang kuat ya.” Ucap Bagas, dan menstarter ATV nya
Apakah aku sedang bermimpi, aku menaiki ATV bersama Bagas Rahman Dwi Saputra? Seseorang yang aku sukai sejak kelas 10. Ini bukan mimpi kan? Aku harap bukan
“Wuuhhuuuu... Chindai! Kita menang.” Teriak Bagas
“Yeayyy.” Ucapku senang
“Hei! Kau! Bagas? Kenapa kau menang? Harusnya aku yang menang.” Ucap Josia ketika sampai di belakang kami
“Hahahaha.” Ucapku tertawa
“Chindai?” Panggil Bagas
“Iya?”
“Say Cheese.” Ucap Bagas, Bagas memegang kamera digital dan memotret kami berdua
“Cheese.” Ucapku tersenyum
“Ck! Siapa ini?” Ucap Bagas sambil melihat foto yang baru saja diambilnya bersamaku
“Lihatlah, dia sangat jelek.” Ucapku sambil menunjuk wajah Bagas
“Kau lebih jelek.” Ucap Bagas sebal
“Kita berdua sama-sama jelek, jangan saling menghina.” Ucapku kesal memukul pelan kepala Bagas
“Ahh...” Bagas merintih

SKIP

“Bagas? Kau tidak bersama Chelsea?” Tanyaku, ketika kita sedang duduk di pinggir pantai sambil menunggu sunset
“Chelsea?” Tanya Bagas
“Iya, aku sering melihatmu bersamanya.” Ucapku sambil memaksakan tersenyum, jujur hatiku miris saat mengatakannya
“Mungkin dia sedang beristirahat di kamar. Dia kelelahan.” Jawabnya santai
“Oh...” Aku mengangguk
“Bagas? Boleh aku bercerita?” Tanyaku
“Tentu.” Bagas tersenyum melihatku
“Aku menyukai..” ucapku terpotong
“Iya?” Bagas penasaran dengan ucapanku selanjutnya
“Aku menyukai seorang laki-laki sudah lama. Sangat lama. Aku menyukainya sejak kelas 10, dan aku rasa, dia tidak menyukai ku.” Aku menghela nafas setelah mengatakan kalimat itu
“Emm.. Siapa?” Tanya Bagas
“Seseorang, dia temanku. Kami memang tidak terlalu dekat, tapi dia sangat baik, dia suka menolongku, terkadang kami bercanda. Tapi, tetap saja, aku rasa dia tidak pernah menyukai ku. Selama ini, bercandaan kami, terlihat seperti bercandaan antara teman, tidak lebih.” Ucapku sedih
“Chindai, kau. Jangan pesimis ya.” Ucap Bagas menepuk pundakku
“Bisa saja laki-laki itu menyukai mu, tapi jika tidak...” Bagas menggantungkan kalimatnya
“Tak apa. Di dunia ini, tidak hanya ada satu. Tapi, banyak sekali laki-laki.” Lanjutnya tersenyum
“Lihat, teman lelaki mu, ada Josia, Difa, Rafli, Gilang, Ivan...”
“Dan aku, masih banyak laki-laki di muka bumi ini. Bukan hanya dia.” Ucapnya tersenyum lebar
“Semangat Chindai!” Bagas menyemangatiku
“Iya, Terima kasih Bagas.” Aku tersenyum mendengar ucapan Bagas
“Ayo kita ke penginapan, seperti nya waktu makan malam hampir tiba.” Ajak Bagas sambil berdiri
“Baiklah.” Jawabku tersenyum

AUTHOR POV

Chindai dan Bagas sedang berjalan menyusuri pantai menuju penginapan, mereka sedang asyik berbincang, tiba-tiba ada yang memanggil Bagas dengan kerasnya

“BBAAGGGAAASSSS!!!”
“Eh? Chelsea? Kenapa?” Tanya Bagas
“Sepatu ku hilang!” Rengek Chelsea
“Hilang? Bagaimana bisa?” Tanya Bagas kaget
“Josia yang mencuri nya!” Tuduh Chelsea menunjuk Josia yang sedang berlari mengejar Chelsea
“Ya Ampun! Tidak, Bagas! Aku tidak mengambilnya!” Ucap Josia
“Aisshh...” Bagas mendesah, dia menarik Josia menjauh dari Chelsea
“Josia? Apa kau mengambil sepatu Chelsea?” Tanya Bagas berbisik
“Ha? Untuk apa aku melakukannya?” Jawab Josia
“Jadi, kau tidak mengambilnya?” Tanya Bagas
“Tentu saja tidak!” Jawab Josia
“Tapi, bagaimanapun juga kau harus membantuku mencari sepatu Chelsea.” Pinta Bagas
“Apa?” Tanya Josia kaget
“Apa kau tidak ingat? Saat Difa tidak sengaja memecahkan vas bunga milik Chelsea? Dia menangis, merengek, mengomeliku seharian.” Ucap Bagas frustasi
“Apa kau tidak tau betapa lelahnya aku, seharian mendengarkan omelan dia dan mencarikannya vas bunga yang sama persis dengan miliknya.” Lanjut Bagas
“Chelsea itu sangat manja. Dia bisa seharian tidak tidur hanya untuk mengomeliku!” Ucap Bagas makin frustasi
“Benarkah?” Josia benar-benar kaget
“Bantu aku, please!” Pinta Bagas memelas
“Iya.. Iya..” Josia mengangguk

Chindai yang melihat kedatangan Chelsea dan Josia, memilih untuk pergi sendirian ke penginapan sambil berdecak kasihan, mendengar kata-kata Bagas kepada Josia yang tak sengaja didengarnya. Dia tidak tau jika Chelsea sangat manja dan bergantung pada Bagas.
---
“Marsha? Kenapa? Kenapa kau senang sekali?” Tanya Chindai melihat Marsha yang sedang tertawa senang
“Sepatu siapa ini?” Tanya Chindai melihat setumpuk sepatu yang tidak dikenalinya
“Hahahahahahahaha...” Marsha tertawa makin keras
“Ini sepatu milik Chelsea?” Tanya Chindai ketika ingat jika sepatu Chelsea hilang
“Tentu saja.” Jawab Marsha senang
“Kenapa? Kenapa kau mengambilnya?” Tanya Chindai
“Aku hanya ingin mengusili Chelsea sebentar.” Jawab Marsha tanpa dosa
“Tidak, ini tidak benar! Cepat, kembalikan.” Paksa Chindai
“Chindai!” Ucap Marsha kesal
“Chelsea menuduh Josia yang mengambilnya, dan kau tau? Chelsea merengek kepada Bagas untuk mencarikannya, apa kau tidak kasihan dengan Bagas.” Omel Chindai
“YA Ampun! Chindai, kenapa kau selalu memikirkan Bagas?” Tanya Marsha gemas
“Baiklah, akan ku kembalikan.” Lanjut Marsha
“Kau, cepat mandi. Lalu, kita akan makan malam.” Ucap Marsha sambil memasukkan sepatu Chelsea ke dalam tas
“Oke, cepat kembalikan Marsha. Jangan usil seperti itu lagi.” Ucap Chindai tersenyum, berdiri di ambang pintu kamar mandi
“Iya.. Iya.. Cepat..” Ucap Marsha sambil mendorong Chindai masuk ke kamar mandi

---
Malam hari, Bagas sedang duduk santai di taman sendirian. Menikmati keindahan malam musim panas. Bagas benar-benar merasa tentram dan damai saat itu, sebelum.....
“BBAAGGGAAAASSSSS!!!!” Teriak Chelsea menghampiri Bagas
“Chelsea? Iya.. akan kucarikan..” Ucap Bagas berdiri dan siap-siap pergi
“Tidak, tidak perlu, sepatu itu sudah kembali. Josia sudah mengambilkannya saat makan malam tadi.” Ucap Chelsea menarik jaket Bagas, sehingga Bagas tidak jadi pergi
“Chels!” Bagas kesal karena jaketnya ditarik oleh Chelsea dan hampir membuatnya jatuh
“Chelsea, kenapa kau menuduh Josia?” Tanya Bagas
“Tentu saja, Josia paling usil di sekolah kita, kamar dia juga sebelah kamarku. Tentu saja dia yang mengambilnya.” Ucap Chelsea tanpa ragu
“Baiklah, terserah kau.” Jawab Bagas
“Hehehe, jangan marah ya..” Ucap Chelsea
“Untuk apa?” Tanya Bagas bingung
“Aku tau aku sangat manja padamu, kau harus mendengar rengekanku yang memecahkan gendang telinga mu itu.” Ucap Chelsea malu-malu
“Kau menyadarinya? Syukurlah..” Jawab Bagas lega
“Bagas! Kau menyebalkan...” Ucap Chelsea sebal memukul pundak Bagas pelan
“Isshhh...” Bagas mencoba menjauh dari Chelsea
“Bagas, kau sahabat terbaikku.” Ucap Chelsea tiba-tiba
“Iya, kau juga.” Jawab Bagas tersenyum
“Bagas? Kenapa kau ingin bersahabat denganku?” Tanya Chelsea
“Oh, ituu..” Bagas berhenti untuk berpikir sejenak
“Tentu saja karena aku menyukaimu.” Lanjutnya tersenyum
“Aku juga menyukaimu, Bagas.” Jawab Chelsea senang
“Jika aku tidak menyukaimu, tentu saja aku tidak akan menjadi temanmu.” Ucap Bagas semangat
“Tetaplah menjadi temanku Chelsea, sampai aku kuliah, bekerja, menikah, dan meninggal nanti.” Pinta Bagas
“Tentu saja, kau juga harus seperti itu. Kita teman bukan? Selamanya akan berteman.” Ucap Chelsea tersenyum
“Tentu saja, selamanya...” Jawab Bagas lantang

CHINDAI POV

Aku sedang berkeliling untuk mencari udara segar, bisa jadi, aku akan bertemu Bagas malam ini dan melihat bintang bersama. Kau tau? Malam ini bintang-bintang tampak begitu cantik. Saat aku berjalan menuju taman, bukan udara segar yang aku dapatkan, udara yang malah membuat dadaku semakin sesak saat melihat Chelsea dengan Bagas sedang duduk di taman berdua, ya. Hanya BERDUA. Percakapan mereka juga sangat menusuk hatiku.

“Oh, ituu..” Bagas berhenti untuk berpikir sejenak
“Tentu saja karena aku menyukaimu.” Lanjutnya tersenyum
“Aku juga menyukaimu, Bagas.” Jawab Chelsea senang
“Jika aku tidak menyukaimu, tentu saja aku tidak akan menjadi.......”

Aku berlari sejauh mungkin, aku tidak sanggup mendengar kata-kata dari Bagas lagi. Hatiku sakit, sakit sekali.

“Apa? Bagas menyukai Chelsea? Tidak.. Tidakkk...” ucapku gemetar, menahan tangis, aku berlari menuju penginapan, hanya Marsha yang aku tuju malam itu

---

“Marsha?” Panggilku saat masuk kamar, dan segera berhambur memeluk Marsha
“Hei? Kenapa kau menangis?” Tanya Marsha menepuk punggungku
“Bagas, dia menyukai Chelsea.” Ucapku gemetar
“Itu tidak mungkin.” Jawab Marsha kaget
“Aku mendengarnya sendiri.” Ucapku melepas pelukannya
“Chindai, kau..” Ucap Marsha menyentuh pundakku
“Sabar, ya.” Lanjutnya kemudian memelukku kembali
“Hikss...” Aku hanya bisa larut dalam tangisan
“Aku harus melupakan Bagas.” Ucapku setelah beberapa menit menangisi Bagas
“Tentu saja, harus.” Jawab Marsha mendukungku
“Mungkin aku akan melupakannya saat lulus SMA. Masih satu semester lagi.” Ucapku mulai menghapus air mata dari mataku
“Kenapa kau tidak melupakannya dari sekarang?” Tanya Marsha
“Setiap hari aku akan bertemu Bagas, aku tidak akan bisa melupakannya jika bertemu dengannya setiap hari.” Jawabku
“Aku juga ingin, masa akhir SMA ku ini, aku menyukai seorang laki-laki, walaupun dia tidak menyukai, tak apa. Aku hanya ingin merasakan jatuh cinta lebih lama terhadap Bagas.” Lanjutku sambil tersenyum, dan menghela napas panjang
“Baiklah, terserah kau.” Jawab Marsha tersenyum padaku

---

SKIP

AUTHOR POV

“Marsha? Apa kau melihat Chindai?” tanya Bagas kepada Marsha setelah kejadian Chindai menangis telah berlalu beberapa hari
“Chindai? Untuk apa kau mencarinya.” Tanya Marsha sinis
“Aku hanya ingin.....” belum selesai Bagas berbicara sudah dipotong oleh Marsha
“Lupakann...” Ucap Marsha memotong ucapan Bagas
“Pergi kau.” Usir Marsha
 “Heh! Marsha!” Bagas kesal
“Apa? Hushh...” Marsha mengusir Bagas lagi
“Ck....”Bagas berdecak kesal kemudian pergi

---

SKIP

“Kenapa malam ini panas sekali?” Tanya Chindai saat bersama Marsha di kamar penginapannya
“Aku harus membeli soda. Marsha? Kau ikut?” Tanya Chindai
“Tidak, kau pergi sendiri saja ya.” Jawab Marsha sambil membaca majalah di atas kasur
“Baiklah.” Chindai mengangguk kemudian pergi

Di tengah jalan, saat Chindai pulang dari toko dekat penginapan setelah membeli beberapa kaleng soda, dia melihat Bagas sedang berdiri sendirian di bawah lampu jalan dekat penginapan

“Itu Bagas? Sedang apa dia sendirian di sini?” Gumam Chindai sendirian
“Haruskah aku menghampirinya?” Tanya Chindai berpikir
“Emm.. akan ku berikan soda ini sebagai tanda terima kasih ku kemarin.” Ucapnya dan mulai melangkahkan kakinya, tapi dia terhenti ketika ada yang memanggil Bagas

“Bagas...” Panggil Chelsea sambil mengalungkan syal ke lehernya
“Chelsea?” Bagas kaget
“Apa ini? Syal?” Tanya Bagas sambil melepas syal dari Chelsea
“Iya, bagus tidak?” Tanya Chelsea yang juga menggunakan syal yang hampir sama dengan milik Bagas
“Bagus sekali.” Jawab Bagas tersenyum
“Untukmu.” Jawab Chelsea singkat
“Untukku?” Tanya Bagas tidak percaya
“Iya.” Chelsea mengangguk pasti

Dari kejauhan Chindai melihat mereka dengan miris, hatinya sakit. Ini memang bukan pertama kalinya dia sakit hati karena Chelsea dan Bagas. Dia jadi lebih terbiasa walaupun hatinya masih saja merasa sakit melihat mereka berdua bersama.

“Syal? Seperti syal couple.” Gumam Chindai
“Tuhan, aku harus kuat.” Ucap Chindai menundukkan kepalanya, menahan tangis
“Chindai, sadarlah! Bagas milik Chelsea, hanya milik Chelsea. Dia bukan untukmu. Sadar! Kau harus kuat.” Ucap Chindai mensupport dirinya sendiri

---
“Chindai? Kenapa? Kau kenapa? Kenapa wajahmu sangat kusut?” Tanya Marsha saat Chindai memasuki kamarnya
“.............” Chindai hanya terdiam
“Monkey, kira-kira ada apa dengan Chindai kita? Dia sedih karena apa monkey?” Tanya Marsha kepada boneka monyet pemberian Rafli, kekasihnya
“Ahh.. pasti Bagas.” Jawabnya sendiri
“Hmm..” Chindai menjawabnya malas
“Kau kenapa? Ceritakan padaku.” Pinta Marsha
“Tadi, saat aku membeli soda, aku melihat Chelsea memberikan Bagas sebuah syal. Seperti syal couple, karena Chelsea juga memakainya.” Cerita Chindai malas
“Ternyata mereka benar-benar menjadi sepasang kekasih? Waahh..!” Tanya Marsha tak percaya
“Chindai? Kau tidak apa-apa?” Tanya Marsha khawatir
“Iya, kau tenang saja Marsha. Aku ini kuat.” Jawab Chindai tersenyum
“Tetap tersenyum ya.” Ucap Marsha tersenyum
“Of course.”
“Oh, Iya. Kau, bisakah sehari saja tidak seperti orang gila?” Pinta Chindai
“Kau jangan berbicara lagi dengan boneaka monyet itu.” Lanjut Chindai menunjuk boneka monyet milik Marsha
“Tapi ini dari Rafli.” Jawab Marsha dengan tampang innocent nya
“Marsha? Kamar Rafli hanya berbeda 3 ruangan dari kamar kita, kau bisa menemuinya. Kau tidak harus berbicara dengan boneka seperti itu.” Ucap Chindai mulai kesal
“Hey, Chindai.. kau cemburu ya?” Goda Marsha
“Cemburu?” Chindai menaikkan satu alisnya
“Karna kau tidak pernah mendapatkan apapun dari Bagas, your prince.” Ucap Marsha tertawa
“Shut up!” Chindai kesal
“Ckckckck... kenapa Chindai kita sangat kasihan monkey?” Tanya Marsha kepada boneka monyetnya
“Marshaaaa!” Chindai benar-benar kesal

---
Liburan di pantai sudah berakhir, mereka harus kembali ke asrama. Baru saja Chindai turun dari bis. Dia sudah melihat pemandangan yang merusak suasana hatinya. Chindai hanya mematung sambil melihat lurus di depan.

“Chindai, kenapa kau diam? Apa yang kau lihat?” Tanya Marsha
Marsha mengikuti tatapan Chindai, dilihatnya Bagas sedang berjalan beriringan dengan Chelsea, dan Bagas membawakan tas Chelsea.
“Oh.. kau melihat itu?” Ucap Marsha
“Iya, Bagas kasihan sekali.” Ucap Chindai sendu
“Kasihan?” Marsha kaget
“Seharusnya kau yang dikasihani Chindai, bukan Bagas.” Ucap Marsha sedikit berteriak
“Cepat, kita kembali ke asrama.” Ajak Marsha menarik tangan Chindai

SKIP

Satu semester hampir berlalu, dan sebentar lagi mereka akan lulus. Chindai, tetap dalam kesendiriannya menunggu Bagas, bagi Chindai, Bagas tidak akan mungkin dimilikinya. Seperti, seorang pengemis yang berharap dapat menikah dengan seorang Pangeran. Chindai, menganggap cerita cintanya dengan Bagas, seperti itu. Miris.
Sebelum kelulusan, Chindai berencana menyatakan perasaannya dengan Bagas. Setelah lulus, dia akan kembali ke Manado. Dan memulai hidup baru tanpa Bagas dikehidupannya.
Hari itu sekolah sudah sangat sepi karena sudah waktunya pulang, Bagas sedang berjalan menyusuri koridor sekolah dan tak sengaja bertemu Chindai. Chindai tersenyum dapat berjumpa dengan Bagas.

“Bagas?” Panggil Chindai dan berjalan mendekati Bagas
“Hai, Chindai.” Sapa Bagas
“Selamat, peringkatmu selama ini terus meningkat.” Puji Chindai, dia membuka tasnya dan mengambil sebuah kado
“Untukmu.” Ucap Chindai sambil memberikan sebuah kado yang sudah terbungkus rapi
“Apa ini?” Tanya Bagas menerima kado dari Chindai
“Kau bisa membukanya nanti.” Jawab Chindai tersenyum
“Baiklah,Terima kasih.” Bagas tersenyum
“Bagas? Kau masih ingat? Saat aku bercerita kepadamu tentang seseorang yang aku sukai?” Tanya Chindai
“Iya, aku masih ingat. Kenapa?” Tanya Bagas penasaran
“Aku hanya ingin memberitahumu, jika orang yang selama ini aku sukai adalah...” Chindai menggantungkan kalimatnya, dia menunduk dan menghela napas panjang, kemudian dia menatap Bagas lekat, dan tersenyum
“Seseorang yang berdiri di hadapanku sekarang.” Lanjut Chindai tersenyum
“Ha?” Bagas kaget
“Aku sangat menyukainya, tapi dia tidak pernah menyukai ku. Bahkan dia memiliki kekasih. Aku sudah cukup sakit untuk menyukai nya selama ini, aku lelah untuk menunggunya selama ini.” Ucap Chindai tak menatap mata Bagas
“Setelah kelulusan, aku akan kembali ke Manado, untuk memulai hidup baru tanpa dirinya dihidupku.” Lanjut Chindai
“Terima kasih Bagas.” Ucap Chindai tersenyum menatap Bagas, kemudian berbalik badan dan mulai melangkahkan kakinya
“Chindai?” Panggil Bagas, Chindai kemudian berbalik badan, dan tiba-tiba.....

HUG

“Kenapa?” Tanya Bagas sambil memeluk Chindai
“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku jika selama ini kau menyukai ku?” Tanya Bagas masih memeluk Chindai
“Bagas?” Chindai kaget, dia bingung harus membalas pelukan Bagas atau tidak
“Aku mohon, jangan kembali ke Manado.” Pinta Bagas
“Aku mohon.” Pintanya penuh harap
“Aku akan gila, jika gadis yang aku sukai pergi ke Manado.” Ucap Bagas sendu
“Bagas, jangan bercanda.” Jawab Chindai menahan tangis
“Chindai, I Love you.” Ucap Bagas
“I Love you so much.” Suara Bagas bergetar
“Bagas?” Chindai mulai mengangkat tangannya, membalas pelukan Bagas

---
“Jadi, kau menyukai ku sejak kelas 10?” Tanya Chindai sambil berjalan menyusuri koridor bersama Bagas
“Iya, ternyata kita sama. Aku tidak menyangka jika kau juga menyukai ku.” Jawab Bagas tersenyum
“Iya, aku juga.” Chindai menunduk malu
“Lalu, Chelsea?” Tanya Chindai bingung
“Chelsea dia hanya sahabatku. Kami berteman sejak kecil, Chelsea sudah memiliki kekasih, Muhammad Difa Ryansyah.” Jawab Bagas
“Muhammad Difa Ryansyah?” Tanya Chindai kaget
“Mereka sudah lama berpacaran, ingat sehari sebelum kita berangkat ke pantai? Chelsea datang menemuiku saat aku berbicara denganmu di taman?” Tanya Bagas
“Chelsea memberitahuku jika mereka mulai berpacaran sore itu.” Lanjut Bagas
“Jadi, aku salah paham?” Tanya Chindai tak mengerti
“Iya, kau salah paham. Jelek!” Ucap Bagas tertawa kecil
“Meskipun aku jelek, kau menyukai ku.” Chindai menjulurkan lidahnya meledek Bagas
“Oh iya, saat di pantai aku sempat mencarimu. Tapi, aku malah bertemu Marsha.” Ucap Bagas mulai bercerita
“Marsha?”
“Aku bertanya tentang keberadaanmu, dia malah mengusirku.” Ucap Bagas sebal
“Apa? Kau diusir?” Chindai kaget
“Hmm.. padahal aku ingin mengajakmu membeli syal bersama-sama, karena Chelsea sudah pergi berdua dengan Difa.” Sesal Bagas
“Akhirnya, aku tidak ikut masuk ke dalam toko dan hanya berdiri sendirian di bawah lampu.” Bagas menundukkan kepalanya
“Chelsea juga membelikan aku syal, syal persahabatan, bukan couple. Karena, chelsea sudah menggunakan syal couple dengan Difa.” Bagas tersenyum diakhir kalimatnya
“Oh, ituu...” Chindai berpikir
“Kenapa?” Tanya Bagas
“Aku melihatmu saat kau berdiri di bawah lampu, aku juga sedang keluar membeli soda.” Chindai mulai membuka mulutnya
“Aku ingin menemui mu, tapi ku urungkan niatku karena ada Chelsea.” Chindai menggigit bawah bibirnya
“Hahaha, kau salah paham lagi kali ini.” Ledek Bagas
“Iya, kau benar.” Chindai mengalah
“Ayo, kita pergi.” Ajak Bagas membuka telapak tangannya kepada Chindai
“Ayoo!” Chindai tersenyum, dan membalas genggaman Bagas, dan pergi

.
.
.
.
THE END

Kekasih sejati (Cerpen)

Oleh muhammad zaki (facebook) pada 19 Januari 2014 pukul 15:25

Aku yang memikirkan
Namun aku takbanyak berharap
Kau membuat waktuku
Tersita denganangan tentangmu
---
Cindai masih memperhatikan cowok itu. Cowok yang selamaini ada di pikirannya, cowok yang membuatnya galau setiap malam, dan juga cowokyang membuatnya mati gaya kalau berpapasan.
“Cakka lagi ndai?” Tanya seseorang dikuping cindai.Cindai hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangan.
“ckckck… sampe kapan ?” Tanya orang itu lagi. Cindaihanya menggeleng dan masih tak pindah pandangan.
“Ga bosen?” Tanya orang itu lagi.
“Ah bagas berisik ahhh…. Sana sanaaa!” usir cindai. Bagas? siapa bagas? bagas adalah sahabat cindai. Sahabat semenjak smp. Sekarangmereka menginjak kelas 11 atau 2 sma.
“Oke yaa gitu lo sama gue….” Balas bagas belagak pergi
“abisnya lo sih…” ujar cindai.
“hehehe maap deh maap…” ujar bagas. “ke kelas yuk?”lanjutnya
“Hmm ayo deh…” balas cindai lesu
Bagas merangkul cindai ke kelas.
Kapan lo peka ndaisama gue…. Batin bagas.
***
Cindai dan bagas telah memasuki kelas. Semua orang dikelas memandang cindai, yaseperti biasa. Mereka merasa aneh. Cewek berkacamata besar, berrambut kepang,dan berbehel.
“Kenapa lo?” bentak bagas saat ada seseorang yang melihatcindai dengan jijiknya
“Duduk deh ndai…” ujar bagas. Cindai mengangguk
***
Kucoba lupakan tapi ku tak bisa
Mengapa begini…
***
Cindai terduduk dimeja kantin mengaduk ngaduk minumanyang ada dihadapannya. Memikirkan cakka. Ya, cakka.
Bodoh lo ndai.Bodohh!!! Ngapain lo mikirin cakka yang jelas jelas jauh beda sama lo. Lo samadia bagai langit bumi, air minyak, dan tom and jerry ndai! Lupain dia, lupain. Batincindai
“DORRR!” bagas mengagetkan cindai.
Cindai tak kaget sama sekali. “Mau ngapain??” Tanya-nya datar
“Lo kenapa sih? Setiap gue perhatiin lagi ngelamun terus”
“gatau”
“Ndai ayolahhh… kita sahabat kan?”
“Iya kita sahabat.” Balas Cindai
“Terus kenapa lo ga pernah mau cerita sama gue?”
“Ya karna emang ga ada apa apa yang mau gue ceritain.”Jawab cindai
“Iya terserah.”

Hening…

“Gas?” panggil Cindai
“Ya?” balas bagas
“kenapa cinta suka dateng di orang yang gak tepat ya?”Tanya cindai
“Cinta tuh emang misterius. Tapi gue yakin cinta gapernah salah.” Balas bagas
“Tapi kenapa gue cinta sama cakka? Sama orang yang gaakan pernah bisa gue raih. Orang yang Cuma bisa gue amatin dari jauh.” Isakcindai
“Cindai… kenapa nangis?” ujar bagas menatap cindai.Menghapus airmatanya.
“Kalo jodoh, ga akan kemana kok.” Balas bagas tersenyum
“Gaakan pernah jodoh kok.” Sahut cindai. “Pulang yuk?”
“Yuk..”
***
Oh mungkin akubermimpi
Menginginkandirimu..
Untuk ada disinimenemaniku…
***
“Ndai tuh cakka…” kata bagas sambil menunjuk cakka bersama teman temannya
“Trus?”
“Jadi mau sampe kapan lo jadi bumi dan dia jadi langit?Kenalan sana.” Jawab bagas
“Gue gak pede..”
“Ndai… ga pede kenapa? Lo cantik gini kok..”
“Tapi…”
“Udah sana..” bagas mendorong cindai. Cindai masih ragu berjalan pelan dansesekali menoleh ke bagas.
***
Cindai akhirnya sampai di Cakka dan teman temannya.
“Hai.” Ujar cindai
Semuanya menatap cindai.
“Hai cakka. Gue.. Gue cindai” ujar cindai sambil mengulurkan tangan
“Eh.. wait wait… lo? Cindai? Ngajak cakka kenalan?Gasalah? Oh my god…” kata seorang teman cakka- Oik
“Hahahahaha orang kaya lo ga pantes megang tangan cakka.”Ujar teman yang satu lagi.
Cindai menarik tangannya lagi.
“Udah sana!”
Cindai pergi dari kerumunan anak anak gaul itu. Pergi keluar gerbang untuk pulang.
***
Oh mungkinkah Kauyang jadi
Kekasih sejatiku…
***
Tuhan, apa wanitasepertiku tidak pantas mendapatkan seseorang lelaki satupun? Apa akuditakdirkan hanya sendiri? Apa aku harus terus menerus tenggelam di lautankegelisahan ini tuhan? Cindai masih dalam lamunannya menatap langit. Langitsore dengan sinar matahari oranye yang sesekali menyapanya.

-BYURRR-

Genangan air telah terciprat ke baju cindai. Kini bajucindai yang semula putih menjadi cokelat. Mobil yang membuat baju cindaiberubah warnapun berhenti, “Gaada gunanya lo ngelamun dipinggir jalan abis ujanujan gini! Bukan salah gue.” Ujar cakka lalu menutup kembali kaca mobilnya.Ternyata cakka.
***
Cindai berjalan gontai menuju rumahnya dengan baju seadanya. Tak peduli orangorang memandang jijik atau apapun kepadanya. Yang jelas ia ingin cepat sampairumah! Cepat membersihkan semuanya! Membersihkan baju dan juga hatinya yanghari ini sudah 2kali dibikin dongkol oleh Cakka! Arghhhhh Bodoh!
***
Semoga tak sekedarharapku…
***“Ndai gue ada kabar bagus!” bagas mengagetkan cindai
“Hm..” balas cindai malas
“Ih gue serius!!”
“Iya gue tau. Ya terus apa kabarnya?”
“Ada salon kecantikan terkenal baru buka cabang di deketrumah gue.” Ujar bagas
“terus? Lo mau gue kerja disana gitu? Heeeiii lo ajakali.” Cindai memotong omongan bagas
“Ih elo ya-_- Bukan gitu. Kali aja nih ya kalo lo vermakpenampilan lo, Cakka bakal suka. Gimana?” Ujar bagas. Ada sedikit ketidakikhlasan dalam hati bagas.
Gue kenapa? Hatigue kenapa kaya ga ikhlas gini ngejodoh jodohin cindai sama cakka? Batinbagas
“Lo ngerendahin gue gas?!” Cindai bangkit dari tempatduduknya dan pergi
“eehh bukan ndai…. Ndai tungguuu” teriak bagas. namun siasia, cindai sudah pergi.
***
Bagas mencari cari cindai ke mana mana tapi tidak menemukan sedikitpun batanghidung cindai. Kemana nih anak?! Eh tunggutunggu…. Itu dia!
Bagas melihat cindai sedang didekat danau, melemparlempar batu ke danau.

DORRR

“Selalu ngagetin. Ga aus?” Tanya cindai datar
“ga kaget?” Tanya bagas balik
“ga. Biasa” balas cindai datar
“Kok cuek?”
“au”
“maaf ya.” Kata bagas
“Untuk?” Cindai
“Kalo kata kata gue tadi tentang salon nyakitin hati lo.”Bagas
“gapapa” cindai
“tapi bener loh, kalo lo mau memperbaiki semuanya, gueyakin cakka mau sama lo.” Bagas
Cindai menoleh sinis kepada bagas, membuang muka, danhendak berdiri dan pergi. Namun, tangannya ditahan oleh bagas.
“Mau kemana?” Tanya bagas
“lepas” ujar cindai
“gakmau” Bagas
“gue bilang lepas!” bentak cindai
“Gak akan!” bagas semakin keras menggenggam tangan cindai
“lo nyakitin gue!!” gubris tangan cindai lalu larimenjauh dari bagas.
“GUE NGELAKUIN INI SEMUA KARENA GUE SAYANG NDAI SAMA LO!GUE MAU LO DIANGGAP ADA SAMA MEREKA, GUE MAU MEREKA TAU KALO LO GAK SEBURUKYANG MEREKA KIRA. BUKAN MAKSUD LAIN! TAPI KALO EMANG MAKSUD GUE INI BUAT LOSAKIT, MAAF. GUE MINTA MAAF! INTINYA GUE SAYANG NDAI SAMA LO. LEBIH DARISAHABAT!!!” Bagas teriak sekencang kencangnya kepada cindai yang sudah diammematung sejak tadi.

DEGG….
Bagas bilang apa?!

Cindai menoleh. Bagas udah ga ada. Maaf gas :(
***
Bila kau tak menjadi milikku..

Aku takkanmenyesal,
Telah jatuh hati…..
***
Diam diam Cindai mencoba ke salon dekat rumah bagas.Mengubah semuanyaa! Mengubah tatanan rambut, dan belajar memakai softlens. Laluia menuju dokter gigi untuk melepas semua behelnya!

Yeay finally, I know who am I.. Thanksbagas… Lo bener bener sahabat…
***
Keesokan harinya disekolah, Hari senin. Hari palingdibenci oleh semua murid! Bagaimana tidak, karenanya kami harus masuk kembalike sekolah!!!
Cindai keluar mobil, semua cowok cowok melihatnya terpesona, jangankan cowokcewekpun juga bengong. Iri kali ya?
Menyusuri koridor, menuju kelas, duduk disamping bagas.
“Hai gas..” sapa Cindai saat menemukan bagas sedang membaca komik
“hai ndai…” balas bagas tanpa menoleh sedikitpun
“Ehmm…” Cindai ngekode. Bagas diam masih dengan komiknya
“Ehmmm…..” makin ngekode. Bagas tetap diam
“EHHMMM!!!” makin keras.
“Berisik…” bagas reflex menoleh karena cindai gaduh sekali. “Cin…cindai????”bagas melongo dan langsung berdiri
“hehehe… makasih ya gas… berkat lo” ujar cindai memelukbagas
“eeehh iya sama sama ndai… lo cantik” kata bagas malumalu
“Emang :p yeee….”
“Hmm ndai, gue mau… gue mau…” bagas gugup
“mau apa?” potong cindai
“gue mau…” omongan bagas terpotong cindai lagi
“oh iya gas… gue mau ke kelas cakka, gue mau ngajak diabuat jadi pasangan prom gue.. daah!” kata cindai senang lalu ngacir ke kelascakka
“Gue mau…… lo jadi pasangan prom gue ndai….” Ujar bagaslalu meneruskan membaca komiknya
***
Pasti cakka bakal suka sama gue. Yeah guekan cantik! Batin cindai saat menuju kelas cakka.

“Cakka..” panggil cindai
Cakka terdiam, menoleh “Cin…cindai?”
Cindai terdiam sambil menunduk malu. Cakkamenghampirinya.
“ndai.. lo cantik banget” ujar cakka sambil mengelusrambut cindai
Apa? Cakka ngelusrambut gue? Ini ga seperti yang gue bayangin! Ternyata segampang ini naklukkincakka kalo gue cantik. Ndai, you’re awesome!!! Pikir cindai mengawang awang
“Ndai.. helooww!!” cakka menggoyang goyangkan tangannyadi depan cindai
“eh gapapa cak.. gue mau ngomong, apa lo mau jadi… jadi….Pasangan prom gue?” Tanya cindai gugup
“Aduh… gimana yaa… nanti gue kabarin lagi deh ndai. Gueminta nomor lo aja”
“Nih.. blablablaa..” ucap cindai
“Okedeh!!”
“Gue ke kelas dulu ya cak. Bye” balas cindai lalu kembalike kelasnya
***
Oh mungkin aku bermimpi..
Menginginkan dirimu..
Untuk ada disinimenemaniku..
***“Gas!!! Gue udah ngajak cakka ke prom.” Ujar cindai girang dikelas
“Terus?”
“Tapi dia belum jawab mau atau ngga-nya..” balas cindai
“Yaudah.. lo kan udah gini, pasti dia mau kok..” ujar bagasmenyemangati cindai
“Thanks ya gas…” Cindai menoleh ke arah bagas
Bagas menoleh dan mengedipkan mata.
***
Cindai sedang mengintip dari balik loker-nya. Mengintip cakka yang sedangbersama geng-nya.
Seandainya gue bisagabung sama mereka… tunggu tunggu!! Cewekitu siapa? Kok cipika cipiki sama cakka?!
Cindai memasang kupingnya, mendekatkan ke mereka supayaterdengar jelas.

DEGG!!!

“Kita udah jadian…” ujar cakka sambil merangkul oik-Cewek yang datang tadi

Cukup!!!

Cindai keluar dari balik loker yang sedari tadi menjaditempat persembunyiannya.
“Maksud lo apa udah jadian sama oik? Maksud lo apa cakkk?! Hahh!!” Cindai emosi
“Lo apa apaan sih?! Cewek gi*a. Gue ga pernah bilang apaapa ya sama lo!” balas cakka
“Maksud lo minta nomor telepon gue? Itu biar kita makindeket kan? Terus lo mau hubungin gue kan? Mau jadi pasangan prom gue kan cak?! Iyakann?! Tapi kenapa…” omongan cindai terpotong
“HAH?! Gue? Mau jadi pasangan prom cewek kaya lo? Gausahmimpi!! Udahlah sana. Nomor lo di hp gue juga ga gue save! Pergi sana!” Cibircakka
“Gue udah ngubah penampilan gue Cuma buat lo cak, buatlo!” bentak cindai
“Gue ga pernah nyuruh lo kan? Gue ga pernah bayar lo kan?Lonya aja yg kegeeran! Pede lo. Cewek gue jauh lebih cantik mau lo ngubah kayagimanapun!”
“Jahat lo cak!” ujar cindai sambil menghapus air matanyadan pergi
***
oh mungkin kah kau yang jadi..
Kekasih sejatiku…
Semoga tak sekedar harapku..

***
Nyesel gue dengerin mereka! Nyesel guengerubah penampilan gue buat cakka yang jelas jelas ga pernah nganggep gue!!! Teriakcindai di dekat danau

GUE NYESEL!!!! Teriaknyamakin kencang

“Kenapa lo?” Tanya bagas
“Eh bagas.. Gapapa..” cindai menghapus air matanya
“Gausah boong” pandangan bagas menerobos danau
Cindai tiba tiba memeluk bagas.
“Gue nyesel gas nunggu cakka sampe segininya. Gue nyeselngerubah penampilan gue Cuma buat cowok kaya dia.” Ucap cindai dipelukkan bagas
Bagas melepas pelukan cindai. “Hei.. dengerin gue. Guenyuruh lo buat ngerubah semuanya emang buat cakka, tapi asal lo tau. Dengan adanyadiri lo yang kaya gini, pasti ga Cuma cakka yang suka sama lo! Banyak ndai. Banyak!!”
“….” Cindai terdiam menunduk
“Gue salah satunya…” lanjut bagas
Cindai kaget dan menatap bagas. “el..el..elo?”
Bagas mengangguk. “iya gue suka ndai sama lo!”
“Tapi gas….”
“Gue tau lo gaakan suka sama gue.”
Lo salah! Gue juga suka gas sama lo. Guesuka sama lo udah lama! Tapi mungkin karena gue terlalu mikirin tentangpersahabatan kita, jadi gue nutup nutupin semuanya. Batin cindai
“Ndai…”
“ehh apa gas?”
“Inget kata kata gue ya… Be yourself!”
“Iya..” Cindai tersenyum manis.

Hening…

“gas…”
“Ya?” jawab cindai
“lo.. lo mau jadi pasangan prom gue?” Tanya cindai ragu
Bagas reflex menoleh. “hah? Tapi ndai…”
“Oh gue tau.. lo udah punya pasangan prom ya? Maaf kalogitu..” cindai menunduk
“Bukan gitu. Gue gak mau jadi pasangan prom night lo!”ujar bagas
“Karena lo udah punya pasangan kan?” cindai masih kikuk
“Lo masih belom ngerti juga. Gue belom punya pasanganprom! Tapi gue gamau juga jadi pasangan prom lo!” bagas agak membentak
Cindai menoleh “Kalo lo gamau jadi pasangan gue, yaudah.Gausah ngebentak! Gue gak suka dibentak!” cindai bangun dan berlari menjauhdari bagas
“GUE GAK MAU CUMA JADI PASANGAN PROM NIGHT LO NDAI! GUEMAU NYA LO BUKAN CUMA PASANGAN PROM GUE, TAPI LO JUGA JADI PASANGAN HIDUP GUENDAI! GUE CINTA SAMA LO. WILL U BE MY GIRL, NDAI?!” teriak bagas
Cindai mematung.
***
Oh mungkinkah
Kau yang jadi
Kekasih sejatiku…
***
Cindai berbalik dan berlari menuju bagas. Berpelukan.
“Yes, I will..” balas cindai dipelukkan bagas
“jadi lo mau jadi pasangan prom gue?” Tanya cindai masihdipelukkan bagas dengan polosnya
“Lo masih ga ngerti juga ndai? Aduh-___-“
***
Semoga tak sekedarharapku…
***
-End-
 GHOST SCHOOL
 karya :khoirotin anisa
diambil dari :facebook

Malam begitu suram,hanya terdengar suara anjingmenggonggong.Hembusan angin menggema di setiap sudut kelas yang menimbulkansuara-suara menggertak.Dentuman kaki melangkah pasti ke setiap lorong-lorongkelas.Percikan air keran wastafel yang sesekali terbuka.Kedipan lampu malamberkali-kali.Hingga keluarlah sosok serba putih memanjang,lengkap dengan rambutpanjang terurai kedepan menutupi wajahnya.

Ia berjalan sendirian sepanjang koridor,ia berjalan denganberbekal senter kecil.Sesekali ia menoleh ke belakang dan membetulkankacamatanya.Namun ia sadari,sepasang kaki berjalan menghampirinya.Sebuah kapaktergenggam erat ditangannya.Ia tetap berjalan lurus,tiba-tiba sebuah tanganmenyentuh pundaknya.

“AAAAAAA….”,Ia berbalik,sejenak ia mengernyitkandahinya.”Pak Bon…kirain siapa?”,Ia bernapas lega.”Anu non Cindai…pak Bon mautebang pohon asem di belakang…Non ngapain?”,tanya pak bon penuh tanda tanya.

“Cindaiii…..”

***

KRIIIINNGGG……

Bel masuk kelas berbunyi,tampak riuh disana.Banyak siswakebat kesana-kemari menuju bangkunya.Takut akan kedatangan guru,supaya terlihattak nakal.

“Pagi anak-anak…”,sapa bu Winda memasuki ruangan.Seluruhsiswa kelas hanya menjawab,”Pagi Buu…” secara serentak.

“Pagi ini kalian kedatangan murid baru…siapa itu?nahmasuk.”,ujar bu Winda memeberi aba-aba pada seseorang di ambang pintu.

Kini masuklah seorang laki-laki berpostur lumayantinggi,yang bisa dibilang ganteng ke dalam ruang kelas itu.”Perkenalkandirimu..”,pinta bu Winda.

“Baik pertama nama saya Bagas Rahman Dwi Saputra AdityaNuraga Adriansyah…saya tinggal dib la bla bla.”,cerocosnya.

“Busett itu nama apa rel kereta api…”,keluh Difa.”UdahDif,kali aja nama keturunan…”,celetuk Angel dari belakang.”Ndai liatdeh…”,pinta Angel ke Cindai yang duduk disebelahnya.

Cindai hanya melihat sekilas,lalu membenarkan kacamata yangmenjadi sahabat setianya itu.”Mmm…”,jawabnya.”Loh kok cuma gitu jawabnyasih.”,tanya Angel.Cindai hanya menggeleng.

“Kamu duduk di,aaa…sampingDifa.Yang duduk sendiri itu.”,bu Winda menunjuk ke Bangku Difa.Bagas hanyamengangguk pelan.Lalu menuju tempat yang dimaksud.

***
KRIIINGGG…….

Bel istirahat berbunyi,seluruh siswa keluar kelas.

“Hei Gas,jajan yukk…”,ajak Difa.Bagas hanya menganggukpelan,lalu menoleh ke belakang,”Mau ikut?”,tanyanya ke Angel danCindai.Sementara itu Angel dan Cindai hanya berpandangan,lalu mengangguk.

“Bagas…”

Bagas menoleh ke Difa,”Apa?”.Difa hanya mengernyitkandahinya.”Apa?”,Difa tanya balik.”Kamu panggil aku?”,tanya Bagas lagi.Difamenggeleng,sementara Bagas menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal itu.

Sepanjang koridor menuju kantin.Bagas berjalan bersamaDifa,Sementara Cindai dan Angel mengekor.Cindai memperhatikan punggung Bagasberjalan di depannya.

“Bagas…”

Bagas menoleh ke belakang,”Apa Ci…ci..,”,tanyanyamenggantung.”Cindai..”,jawabnya.”Kenapa?”,tanya Bagas.Cindai menoleh keAngel,lalu ke Bagas lagi,”Apasih?”,tanyanya heran.

“Eh…Dif..”,panggil Bagas ke Difa.Difa menoleh ,”Apa?”

“Kamu denger ada yang panggil aku nggak?”,tanyanya.Difamenggeleng.

Difa,Angel,Bagas,dan Cindai melanjutkan perjalanan*eh,kekantin.Namun seseorang berpakaian kumuh melintas menabrak Cindai.Alhasil Cindaiterjatuh.

“Eh…Lo nggak papa kan Ndai?”,tanya Angel menolongCindai.”Iya gak papa…”.Cindai melihat orang yang menabraknya sudah tak ada disana.
Seseorang berdiri tak jauh dari kejadian,hanya diam menatapsinis.

KRIINNGGG….

Bel pulang berbunyi,semua siswa pulang ke rumahnyamasing-masing.

Dirumah Cindai……

“Yah,kacamata Cindai rusak yah?”,ujar Cindai memberikankacamatanya.Ayah menerimanya dan melihatnya,”Tapi selesainya tiga harisayang…kamu nggak papa nggak pakai kacamata.”,ujar Ayahnya.Cindai hanya mengangguklalu masuk ke kamarnya.

Dikamar,Cindai melihat banyak perubahan.Disana terlihatsangat jelas,tapi tak seperti ia memakai kacamata.Kamarnya begitu suram,cahayalampu berkedip-kedip.Semuanya berantakan seperti tak pernah diurus,bahkantumbuh banyak lumut.Tak lama kemudian muncullah sekelebat putih yang melintasdi depan Cindai.”AYAAHHH…..”,teriak Cindai.

Dirumah Bagas….

“Gimana sayang sekolahnya…”,ujar Papa Bagas.Bagas hanyamenunduk lesu,”Loh kenapa?”,tanya ayahnya lagi.”Bagas ngerasa aneh pa…”,ujarnyalalu menuju ke kamarnya.

***

Pagi itu membawa duka,atas meninggalnya tukang kebunsekolah.Pak Bon meninggal dengan mengenaskan.Mayatnya ditemukan tadi pagi dibawah pohon asem,dengan kapak yang menancap di kakinya.

Cindai berangkat sekolah diantar ayahnya.Namun saat ayahnyaberhenti di Gedung sekolah.Cindai terdiam sejenak,”Ayo turun…keburu bel.”,pintaayahnya.

“Ayah…salah tempat nih,ini bukan sekolah Cindai..”,ujarCindai.Ayahnya tertawa,padahal ia sudah 2 tahun sekolah disini,masa lupa.Ataukarena Cindai tak memakai kacamata,jadi pandangannya agak kabur.

“Udah masuk sana,ayah ntar telat dadaah…”,Ayah Cindaiberlalu pergi.

Cindai kini berdiri di depan gerbang,matanya mungkin salahmelihat atau apa.Ia tidak melihat sekolahnya.Namun hanya sebatas gedung tuayang ya gitu deh.Cindai melangkah,ia banyak melihat perubahan.Seluruh siswalalu lalang dengan memakai seragam kuno sekali.

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk punggungnya.Cindaiwas-was,alhasil ia berbalik,Angel??

“Ndai,kamu mau kemana sih?”,kelasnya disana kan…loh kacamatakamu mana?Oya udah tau berita pak Bon kemarin?”,cerocos Angel.Suasana berubahmenjadi seperti biasanya.Cindai pun menjelaskan semuanya.Namun mulutnyatiba-tiba merasa terkunci saat ia akan menjelaskan hal ganjil yang ia lihatbarusan.

Dikelas,Cindai duduk dibangkunya.Mata Cindai tak berhentimelihat sekelilingnya.Terutama dengan kedatangan seorang gadis.”Eh Ngel itumurid baru ya?”,tanya Cindai.

“Mana?”

“Itu di pintu”

“Nggak ada Ndai,kamu salah liat kali.”

“Tapi dia celingukan tuh Ngel.”

“Nggak ada Ndai..”

Cindai tetap memperhatikan gadis yang berdiri di ambangpintu itu.Ia terlihat celingukan,mulutnya bergerak,namun tak ada suaraterdengar.

“Hai Ndai,Ngel..”,Sapa Bagas dan Difa.

“Tolong…”,

Bagas mengernyitkan dahinya.”Ada yang minta tolong?”,tanyanya.Difa,Angel,danCindai menggeleng.”Mungkin,cewek itu deh Gas..”,Cindai menunjuk sosok di pintuitu.”Mana Ndai?”

‘Hah?Apa semuanya nggak liat apa yang aku liat?kenapa sihini mata.’,batin Cindai.

‘Kenapa dari kemaren aku denger suara nggak jelas mulu.Kenapani mulut diem gak bisa cerita ke siapa pun?’,batin Bagas.

“Pagi anak-anak..”,sapa Bu Rahmi memasuki kelas.Semua siswamenjawab.”Nah,hari ini saya kasih tugas ke kalian untuk membuat puisi tentangsekolah ini.Berkelompok cewek-cowok.Dan membuatnya di luar kelas dan carilahinspirasi.”,uja bu Rahmi.

Well Angel sekelompok dengan Difa,dan kalian tau kan Bagassama siapa?yap Cindai.Seluruh siswa yang ada di kelas itukeluar,berhamburan.Sepanjang perjalanan Bagas dan Cindai hanya diam,tak ada satukata pun yang keluar.Namun akhirnya keluarlah sebuah suara.

“Gas”,”Ndai”

Bagas dan Cindai terdiam,”Kamu aja dulu Gas…”,ujarCindai.Bagas berhasil menceritakan pada Cindai.
“Jadi kamu denger suara aneh?aku nggak denger,tapi liatGas.”,jawab Cindai.Bagas dan Cindai berjalan sepanjang koridor.Tiba-tiba mataCindai membelalak,lengannya menyenggol lengan Bagas berkali-kali.Bagas hanyamenajamkan pendengarannya.”Kamu denger sesuatu Gas?”,tanya Cindai.

“Gak…”

“Tapi Gas,dia mendekat.”

“Siapa?Aku nggak denger apapun.”

“Gas…dia tambah dekat Gas…”

“Cindai,kamu jangan nakut-nakutin aku,aku nggak tau Ndai…”

Bagas mencoba menggandeng Cindai dan mangajaknya pergi darisana.Namun Cindai tak bisa menggerakkan kakinya.Dimata Cindai orang itu semakindekat,namun bagas mulai sedikit mendengar suara yang membuat gendang telinganysakit.Cindai hanya mmenutup matanya,sedangkan Bagas menutup telinganya.

“AAAAAAAAAA!!”

“Kamu nggak papa kan?”,tanya Angel di depan Cindai.MataCindai agak terbuka.Ia melihat sekeliling,UKS?
Setelah kejadian itu,Bagas mulai mengajak Difa,Angel,danCindai untuk mengungkap maksud dari keganjilan selama ini.Terutama saat Bagasmendengar semua computer di lab rusak semua.
Waktu telah ditentukan.Malam tepat saat malam jum’at.Hari ituditentukan karena saat itu hanya bisa untuk memanggil hal seperti ituloh.

***

Bagas,Difa,Cindai dan Angel berjalan seiringan di koridor.Difadan Angel hanya menurut mengikuti Bagas dan Cindai ke sekolah.

Cindai melihat malam itu sangat ramai,banyak siswakesana-kemari.Sedangkan Bagas hanya mendengar riuh para siswa.

“Kita ke pohon asem aja ya.Kan disana aneh,Pak Bon kenakapak di sana.”,tutur Difa.”Iya juga...”,jawab Angel.
Di sana hanya terdengar desiran angin kencangberhembus.Derit bambu yang menari mengitari pohon asem itu.Mata Cindai mulaibekerja lagi,ia melihat segerombolan siswa berpakaian kusut dan robek-robekberjalan gontai menghampiri mereka.

“Bagas…Kamu denger gak?”,tanya Cindai.Bagas hanyamenggeleng.Sedangakan Difa dan Angel hanya terpaku tak tahu apa-apa.”Gas…adayang kesini…”,Cindai memberitahu.Bagas hanya berdiri,ia hanya berdiri siapmendengarkan apa saja.

Sosok itu mendekati Cindai.Kini pertama kalinya ia melihatitu*taugak secara langsung.Baju yang acak-acakan,kaki dan tangan hilang sebelah,wajahnyatertutup oleh rambut yang serba panjang,tubunya banyak bercecer darah danbelatung.

“Tolong kamiiii……”,Bagasmulai mendengar,ia pun menjawab,”Apa yang bisa kami bantu.”,Bagas melihatasal-asalan,ia mengarah ke mana saja.Namun nyatanya sosok itu berdiri tepat didepan Cindai.

“Ikuti aku…”,sosokitu berjalan tapi kakinya tak berpijak di tanah.Cindai,mengganut dan menyeretBagas mengikutinya.Bagas melihat kesana-kemari kali saja ia melihatsesuatu.Namun nihil ia hanya mendengar tawa di sela tangis kecil.

Tak lama kemudian mereka sampai di lab.komputer berdua ehbertiga eh entah hanya penulis yang tau.

Krrieeettt

Pintu lab tertutup secara otomatis.Mata Cindai beralih kesebuah computer yang menyala.Bagas menarik tangan Cindai member aba-aba untuk mendekatinya.

Hening…bagas dan cindai hanya melihat layar kosonghitam.”Balik yuk Gas.”,pinta Cindai.Bagas mengangguk.

NGGIIIIIIIIIKKKKK
“Toooloonggggga…aaakk…kk..uuuu.”

Bulu kuduk keduanya berdiri saat akan membukapintu,tenggorokan Cindai tercekat.Ia takut,sangat takut.Cindai melirikBagas,suasana gelap ia tak tahu mengapa,dimana Bagas?di sampingnya?memang.Tapiada dua orang laki-laki di kiri dan kanan.Cindai menghela napas dalam-dalam,itutak cukup untuk menghilangkan rasa takutnya.

“Ba…gas…”

“Iya?”

“Lo dimana?”

“Gue disamping lo?kenapa?”

“Emm…kiri ato kanan?”

“Hah?”

Bagas mendelik mendengar pertanyaan Cindai.Jelas ia disamping Cindai tangan kanannya meraih bahu Cindai.”Lo kenapa?gue di sinidaritadi.”,balas Bagas lagi.

“Eh…”

Cindai tahu sekarang Bagas ada di samping kanannya.Lalu yangdikiri siapa?

“BAGAAASSSS….CIIINDAAAAAAIIII.”

Mendengar itu Bagas langsung menarik tangan Cindaikeluar.Ada Difa dan Angel disana.

“Hoe…kalian kemana sih daritadi.Gue kan takut.”,seruAngel.”Difa juga nih jailin mulu errgghh.”,sambungnya melirik Difa.

“Pulang yuk.”,ajak Difa.

Malam itu tak jadi eksperimennya.Cindai duduk di jendelakamarnya,dua hari ia hidup tanpa kacamata.Ia mulai terbiasa dengan suasanakamarnya sekarang.Lumut,retak di dinding,akar tanaman,sampai darah.Meskipunkeluarganya tidak ada yang percaya saat ia menjelaskannya.

***

“Eh lo denger gak?ternyata kematian pak bon itu gara-garasetan loh.”,seru Salma mengerubung.Semua diam lalu bergerombol,”Iya katanyasetannya alias hantu atau penunggunya marah.Jadi…”

“DIAM KALIAN SEMUA!!!.”

Semua terdiam dan hanya menatap sumber suara,gadis inimenutup mulutnya.Angel hanya meliriknya,lalu beranjak dari bangkunya,melengokkeluar kelas.Cindai,Bagas,dan Difa belum datang rupanya.

“Dinda.”,panggil Angel.

“Hosh…hosh…lo jalannya cepet banget,tungguin.”,tanyanya.

“Kenapalo ikutin gue?harusnya lo kan ngerumpi ngegosipin halgak penting.”,Dinda mulai berhenti.Angel menyusulnya.

“Dinda,gue tau kematian ayah lo,lo jadi terpukul.Em…maafinmereka ya?”,pinta Angel.Dinda menatap Angel sinis,”Hmm..mau loapa?”,balasnya.Angel hanya diam sejenak,lalu bertanya dengan hati-hati.

“Emm…A…ayah lo kan pernah kerja di sekolah ini.Otomatis kantau nih asal-usul sekolah ini.”,tanyanya.

Mata Dinda membola,”MAKSUD LO APA HA?YANGKERJA DISINI BUKANGUE JADI NGAPAIN LO TANYA-TANYA?”,bentaknya.Angel gemetaran,tubuhnyakaku.”E…ma…maksud gue itu kali aja ayah lo cerita gitu.”

“Oh…”

Dinda berlalu pergi meninggalkan Angel yang diam berdiridisana.”Kalo lo mau tau penjelasannya dateng ke rumah gue.”,sahutnya pelan.”Guegak berani ngomong disini.”,sambungnya lirih sambil celingukan.

***

“Jadii..??”,tanya Cindai saat di rumah Dinda.Rumah sederhanaini tempat mereka singgah sejenak.
Dinda mengangguk,”Ada kakak kelas kita gantung diri di pohonasem yang ditebang ayah gue.”

“Kenapa?”,timpal Angel.Dinda melanjutkan,”Namanya kakZahra.Soalnya dia ee…”

“Apa?”,tanya Angel dan Cindai bersamaan.”Hamil.”

“HAAA?”

“Iya,katanya sih salah satu temennya ngajak ke club terusitu.Gara-gara depresi dia bunuh diri,dan ketahuan sama pak Duta.Tapi sebelumpak Duta nyelametin,dia udah loncat.Then,karena sekolah gak mau ada beritamacem-macem.Mayatnya dikubur di sekolah.”

“Dimana?”

“Gue kurang tau,tapi mungkin aja di sekitar tu pohon.”

“Gimana kalo kita cari mayatnya?”,tanya Angel.Dindamengangguk,tidak untuk Cindai.Angel tersenyum,”Kalo gitu gue ajak Bagas deh.”

“Apasih,iya-iya gue mau.”

***

Jam 2 siang,sekolah mulai sepi.Tinggal beberapa siswa yangsedang ekstra.Cindai,Angel,Dinda,Bagas,dan Difa melangkah menuju pohon asem,mencobamengubek-ubek tanahnya.Hingga seseorang datang menghampiri mereka.

“Kalian ngapain disini?”,tanya pria berseragam dinas itu.

“Pak Duta.”,seru Dinda.

“Kita mau nyari mayatnya kak Zahra yang bunuh diriituloh.”,ceplos Difa.Pak Duta menunduk,”Kenapa kalian lakukan?”

“Kami ingin tidak ada mayat bahkan yang terganggu di sekolahini.”,aku Bagas.

“Kalian yakin?tapi ada syaratnya.”

“Apa.”
“Saya minta kalian rahasiakan hal ini dari pihak sekolah dansiapapun.Keluarga Zahra sudah tau,jadi jangan sampai hal ini keluar.”

“Siap pak.”

“Kita datang nanti malam,saya tunggu.”

***

Pak Duta berjalan paling depan,Cindai hanya berjalan sambilmenunduk.Ia sudah lelah melihat semua makhluk abstrak disekelilingnya.Sementara Bagas memasang earphonenya.
Tak lama kemudian sampailah mereka di dekat pohon itu,PakDuta menghampiri sebuah batu kecil dan mengusap-usapnya.Lalu member aba-abauntuk Bagas dan Difa.
Yap 2 jam berlalu,kini mulaiterlihat sosok tulang berbujur dan menyerupai manusia.Zahra,itu Zahra.Cindaidan Angel serta Dinda tersenyum,semoga dengan ini semuanya berakhir.

***

Pagi itu Cindai berjalan kekelasnya,suasana berubah tak ada lagi makhluk abstrak.Ia tersenyum,saat melihatsosok Zahra di depan pintu tersenyum.
“Kenapa Ndai?”,tanya Bagasdibelakangnya.

“Lo denger sesuatu?”

“Gak.”

Cindai mendorong Bagas mendekatiZahra.Bagas tersenyum,ia berkata,”Dia bilang makasih atas semuanya.Dia harapgue sama lo pacaran.”

Cindai menoleh ke sosok itu,laluCindai mencubit pinggang Bagas.”Lo ngarang.”

“Gue beneran Cindai,Love you.”
“Love you too…hehe…”

END

alat sederhana pengubah sampah plastik

Alat sederhana pengubah sampah plastik menjadi minyak

Bermula dari pemberitaan di salah satu stasiun televisi tentang anak SMP yang berhasil membuat alat pengubah sampah plastik menjadi minyak. Rasa penasaran mulai membayangi, coba bayangkan jika tiap keluarga mampu membuat alat ini, dan memakainya untuk m̷e̷n̷g̷h̷a̷b̷i̷s̷i̷ sampah plastik disekitar rumah, hampir bisa dipastikan tak akan ada lagi sampah plastik yang bertebaran, lingkungan jadi semakin bersih dan tanpa sadar kita sudah berpartisipasi pada usaha penyelamatan bumi dari pencemaran limbah plastik.

Sebagai tambahan, plastik baru bisa terurai setelah 100 tahun berada dalam tanah, bisa juga lebih, tergantung pada jenis plastiknya. hmmm lama banget kan !!

Selain itu, untuk keperluan sehari hari kita tidak perlu membeli minyak tanah yang harganya semakin tak terjangkau. Sebab minyak yang dihasilkan alat ini kualitasnya lebih bagus dari minyak tanah. Dan jika mau, kita bisa mengkonversi lebih lanjut menjadi bensin, solar etc.

Isu kenaikan BBM yang sedang menghangat, sepertinya bakalan menambah kebermanfaatan alat ini pikirku. Penasaran semakin berlanjut yang pada akhirnya memaksaku untuk berkeliling seputaran google. Ada banyak informasi dan referensi yang aku dapatkan, dimulai dari sebuah mesin raksasa dari Amerika yang dapat menghabiskan ribuan ton sampah dalam setiap tahunnya untuk kemudian dikonversi menjadi minyak mentah.

Lanjut ke seorang warga Jepang yang membuat alat pengubah sampah plastik menjadi minyak. Alat ini lebih simpel dan diproduksi untuk kebutuhan rumah tangga, namun sayang harganya yang masih selangit yaitu sekitar 100 juta rupiah. Alat ini diproduksi oleh perusahaan Jepang bernama Blest, info selengkapnya mengenai alat ini silahkan cek tkp

Tidak hanya sampai disitu, ternyata di kota Ngawi anak anak SMK mampu membuat alat yang lebih sederhana dan lebih masuk akal untuk masyarakat Indonesia. Alat ini menggunakan bahan utama tabung elpiji 3 kg dan pipa besi, dilengkapi dengan dua lubang penguapan yang mampu menghasilkan bensin dan solar. Hmmmm mantap juga nih alat, namun sayangnya lagi, untuk dapat membuat alat ini memerlukan modal sekitar 600 ribu rupiah, murah? iya tapi masih belum cukup hemat untuk ukuran kantongku. Berita lengkapnya

Akhirnya pencarian referensi dan informasi sampailah pada titik konsep bahwa sebenarnya plastik memiliki kemiripan unsur pembentuk dengan bahan bakar minyak. Saat dipanaskan plastik akan meleleh lalu mencair, cairan plastik ini jika terus dipanaskan akan membentuk uap panas, dan jika uap panas ini melewati pendingin (kondensor) dia akan mengembun dan membentuk minyak. Mungkin itu konsep dasar yang aku tangkap. Mohon koreksinya kalo salah.

Setelah tertangkap konsep dasarnya, aku kembali melihat video anak smp di awal, akhirnya alat ini yang aku jadikan patokan, karena dari semua alat yang ada hanya inilah yang paling sederhana.

Okeeey sobat klikedukasi saatnya kita memulai pembuatan alat dengan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan:

  1. Kaleng bekas biskuit Khong Guan, tanggo atau sejenisnya
  2. Pipa besi sepanjang 2 meter atau  lebih panjang akan lebih bagus. Jika kurang dari 2 meter, kondensasi uap panasnya tidak maksimal. aku menggunakan pipa bekas antene :p
  3. Lem besi
  4. Sampah plastik
    Beberapa sampah plastik yang aku gunakan.

Selanjutnya tinggal merakitnya menjadi bentuk seperti di bawah.


Yang perlu diperhatikan adalah saat pengeleman, usahakan tiap sambungan tertutup lem dengan rapat, sebab jika ada kebocoran akan berpengaruh pada proses kondensasi dan banyaknya minyak yang dihasilkan.

Ini adalah tampilan alat sederhana buatanku..


Dari percobaan yang sudah aku lakukan, sampah plastik satu kaleng tango dapat menghasilkan minyak sebanyak setengah botol air mineral. Sebenarnya kuantitas minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jenis sampah plastik yang digunakan.  Plastik botol minum seperti (aqua, mizone, pocari sweat, ember plastik etc) dapat menghasilkan lebih banyak minyak jika dibandingkan dengan kantong plastik, ato plastik-plastik snack.


Alat ini juga sudah aku coba di sekolah, dan alhamdulillah berhasil, berikut hasil percobaan kita.



Kita mencoba memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak dipakai serta sampah yang ada disekitar sekolah, termasuk tempat uji coba juga dilakukan pada bekas reruntuhan bangunan sekolah :). Ohya untuk pembakaran bisa dengan media apapun, disekolah aku nyoba make bahan bakar kayu, Namun untuk hasil yang maksimal, kita bisa menggunakan kompor gas, kenapa? yaaa karena panasnya lebih stabil dan kita mudah dalam mengatur suhu pemanasannya.



Foto anak anak sedang melakukan pengeleman pada pipa besi.



Jika pemanasan stabil (sayangnya aku ga sempet ngukur suhu pemanasannya) sekitar 20 - 30 menit pemanasan, minyak akan mulai menetes pada ujung pipa.

Dan ini dia hasilnya, aku sempet membuktikan bahwa minyak yang dihasilkan lebih bagus kualitasnya dari minyak tanah, sebab minyak ini dapat menyala di atas pipa besi dan sempet menyambar kumpulan minyak yang ada di bawahnya.
Menurut keterangan yang aku dapatkan, minyak yang dihasilkan dengan alat sederhana ini masih termasuk minyak mentah, artinya minyak ini masih bisa diproses lebih lanjut menjadi bensin, solar, minyak tanah dan sejenisnya.

Ohya semenjak ada alat ini, semua sampah plastik di rumah, aku kumpulkan untuk kemudian aku konversi menjadi minyak dan mudah-mudahan dengan adanya alat seperti ini lingkungan sekitar rumahku terbebas dari sampah plastik.

Sekian, semoga menginspirasi.

nb : diambil dari http://www.klikedukasi.com

Sabtu, 25 Januari 2014

Icon toolbox adobe flash cs5

conNamaFungsi
PhotobucketSelection Tool (V)Memilih atau menyeleksi suatu objek.
PhotobucketSubselection Tool (A)Menyeleksi bagian dalam objek untuk proses editing.
PhotobucketFree Transform Tool (Q)Mengubah bentuk objek secara bebas.
PhotobucketGradient Transform Tool (F)Mengubah transformasi warna gradasi pada objek yang terseleksi.
PhotobucketLasso Tool (S)Menyeleksi objek dengan pola seleksi bebas.
PhotobucketPen Tool (P)Menggambar objek dengan menggabungkan titik-titik bantunya.
PhotobucketAdd Anchor Point Tool (=)Menambah titik/anchor point pada objek.
PhotobucketDelete Anchor Point Tool (-)Menghapus titik/anchor point pada objek.
PhotobucketConvert Anchor Tool (C)Mengubah sudut lancip dari sebuah path menjadi sudut lengkung.
PhotobucketText Tool (T)Membuat objek berupa text.
PhotobucketLine Tool (N)Membuat garis lurus.
PhotobucketRectangle Tool (R)Menggambar objek segi empat.
PhotobucketOval Tool (O)Menggambar objek berbentuk lingkaran atau oval.
PhotobucketRectangle Primitive Tool (R)Menggambar objek segi empat dengan sudut yang bisa dilengkungkan.
PhotobucketOval Primitive Tool (O)Menggambar objek berbentuk lingkaran atau oval dengan berbagai variasi.
PhotobucketPoly Star ToolMenggambar objek dengan jumlah sudut banyak, seperti bintang, dll.
PhotobucketPencil Tool (Y)Menggambar objek dengan bentuk goresan pensil.
PhotobucketBrush Tool (B)Menggambar objek dengan bentuk goresan kuas.
PhotobucketSpray Brush Tool (B)Menggambar dengan teknik spray, yaitu menyemprotkn warna atau symbol.
PhotobucketDeco Tool (U)Menggambar corak dekoratif dengan menggunakan symbol graphic.
PhotobucketBone Tool (M)Membuat animasi pertulangan dengan menambahkan titik sendi pada objek.
PhotobucketBind Tool (M)Mengedit dan memodifikasi titik sendi dari peranti Bone tool.
PhotobucketInk Bottle (S)Mengubah warna garis, lebar garis, dan style garis luar suatu objek.
PhotobucketPaint Bucket Tool (K)Memberi atau mengganti warna suatu objek.
PhotobucketEyedropper Tool (I)Mengambil sample warna dari suatu objek.
PhotobucketEraser Tool (E)Menghapus objek.
PhotobucketHand Tool (H)Menggeser tampilan stage tanpa mengubah pembesaran.
PhotobucketZoom Tool (M, Z)Memperbesar atau memperkecil tampilan stage.
PhotobucketStroke ColorMemberi dan memilih warna garis pada suatu objek.
PhotobucketFill ColorMemberi dan memilih warna pada suatu objek.
PhotobucketBlack and WhiteMemilih warna hitam dan putih saja.
PhotobucketSwap ColorMenukar warna fill dan stroke pada suatu objek.
PhotobucketNo ColorMenghilangkan warna suatu objek.
PhotobucketSnap to ObjectMengaktifkan atau mematikan fungsi Snap to Object.

Sabtu, 18 Januari 2014

bagas rahman dwi saputra

BIODATA BAGAS RAHMAN DWI SAPUTRA (IDOLA CILIK 2013)

Nama Lengkap      : Bagas Rahman Dwi Saputra
Nama Panggilan    : Bagas
Tanggal Lahir        : 6 Mei 2000
Agama                   : Islam
Asal                       : Palembang
Sekolah                  : 


  • Sdn 156 Palembang
  • Smpn 11 Palembang
Band                  : Vanser Kids (keyboardis)
Twitter               : @bagasrds , @bagas_loversOFC








SEMOGA BERMANFAAT


GO FOLLOW

@bagasrds
@bagas_loverOFC